engawan Solo terus alirkan airnya tiada ujung sore itu. Mahes masih di tepi sungai sembari melempar kerikil berkali-kali. Entah apa yang ia lakukan untuk tujuan apa dan sungguh sulit ‘tuk ditebak. Isa ,teman Mahes sekaligus kakak kelas SMP dan SMA sekarang tiba-tiba datang dan menemui Mahes yang sedang duduk termenung sambil melanjutkan lemparannya dan melamun.
“Hai Dik” sapa Isa yang terbiasa menyapanya dengan panggilan dik.
“Oh ,hai juga Kak” jawab Mahes sambil mengakhiri lemparannya.
“Ngapain ngelamun di situ ,kayak kagak ada kerjain lain aja selain ngelamun !” lanjut Isa.
“Ini Kak , lagi bingung ... ” jawab Mahes yang masih melanjutkan lamunannya.
“Bingung ... ?” jawab Isa yang penasaran.
“Jarang banget Adik bingung, bingung apa galau ? Sekarangkan jamannya yang galau-galau gitu Dik haha ..” lanjut Isa sambil cengengesan (kalau kata orang Jawa).
“Bingung Kak,tapi galau juga hehe ..” jawab Mahes dengan tertawa kecil.
“Cielah hari gini galau Dik ,udah jangan galau-galauan Dik” tegur Isa.
Mahes tak peduli dengan apa yang Isa katakan tentang dirinya, ia tetap melanjutkan lamunannya sembari menghadap ufuk barat menanti matahari terlelap.
“Hai Dik” sapa Isa yang terbiasa menyapanya dengan panggilan dik.
“Oh ,hai juga Kak” jawab Mahes sambil mengakhiri lemparannya.
“Ngapain ngelamun di situ ,kayak kagak ada kerjain lain aja selain ngelamun !” lanjut Isa.
“Ini Kak , lagi bingung ... ” jawab Mahes yang masih melanjutkan lamunannya.
“Bingung ... ?” jawab Isa yang penasaran.
“Jarang banget Adik bingung, bingung apa galau ? Sekarangkan jamannya yang galau-galau gitu Dik haha ..” lanjut Isa sambil cengengesan (kalau kata orang Jawa).
“Bingung Kak,tapi galau juga hehe ..” jawab Mahes dengan tertawa kecil.
“Cielah hari gini galau Dik ,udah jangan galau-galauan Dik” tegur Isa.
Mahes tak peduli dengan apa yang Isa katakan tentang dirinya, ia tetap melanjutkan lamunannya sembari menghadap ufuk barat menanti matahari terlelap.
Isa merasa ada sesuatu yang beda terhadap diri Mahes. Isa menganggap Mahes adalah seorang gadis kelas sepuluh SMA yang sopan, rajin ,pintar dan selalu ceria, namun akhir akhir ini tampak berbeda. Ia merasa Mahes kini sering melamun seperti orang tersesat di hutan. Ia coba bertanya kepada Mahes yang telah memikat hatinya sejak dulu dan rasa penasarannya yang kini semakin besar.
“Dik ! Sebenarnya ada apa ? Lebih baik cerita ke kakak, mungkin kakak bisa bantu.” Isa coba membuka pembicaraan.
“Begini Kak sebenarnya ...” ucap Mahes.
“Sebenarnya apa ?” sela Isa.
“Sebenarnya Anis, Kakak tahu yang namanya Anis kan ?” tanya Mahes.
“Iya Kakak tahu Dik ,orangnya satu sekolah sama kita kan ? Dan jadi idola di sekolahan kita karena parasnya yang elok nan menawan itu ,benar kan ?” jawab Isa dengan penasaran.
“Iya Kak,kok Kakak tahu sampai sedetail itu, Kakak suka ya ? haha ..” celoteh Mahes.
“Hanya sebatas tahu kok Dik. Soalnya di kelas kakak semua pada rame sendiri membicarakan Anis. Kakak itu hanya sebatas tahu saja Dik ,ndak lebih. Toh kalau kakak menyukai seeorang ,pasti cinta kakak bertepuk sebelah tangan.” Jawab Isa.
“Oh iya, katanya tadi mau cerita Dik ? hehe ,lanjutin gih tadi ceritanya.” Sambung Isa.
“Sebenenya gini Kak ,sebenernya Anis itu suka sama Kakak.” jawab Mahes.
Mendengar jawaban Mahes, jantung Isa serasa tak karuan, kalau dikata seperti lagunya Ahmad Dhani ‘seperti genderang mau perang’. Isa tak tahu lagi harus berkata apa kepada Mahes, jarang ada yang suka dan menaruh hati padanya apalagi orang yang menyukainya kini adalah idola di sekolahnya. Namun kini Isa terselamatkan oleh hujan yang turun secara tiba-tiba dan sangat deras. Tanpa pikir panjang Isa langsung mengajak Mahes untuk pulang yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari tepi sungai dan bersebelahan dengan rumah Isa.
Sore yang penuh tanda tanya itu sekarang telah berubah menjadi malam yang dingin diterangi sinar rembulan yang kala itu terang benderang bersama bintang . Isa masih mengingat perkataan Mahes tadi sore ,ia menganggap tak ada yang pantas mencintainya karena ia adalah orang yang tak mengerti dan tak memahami tentang perasaan seseorang.
Hingga jam dinding telah menunjukan pukul 21.00 ,Isa masih berkelit dengan pikirannya sendiri, ia tahu dan menganggap dirinya hanyalah orang sederhana yang tak pantas mencintai dan tak pantas pula dicintai.
Malampun terus berlanjut hingga larut Isa masih saja kebingungan dengan apa yang ia rasakan, Isa menatap jam dindingnya dan tak terasa sudah menunjukkan pukul 00.00 atau tengah malam.
“Kenapa aku terus memikirkan perkataan Mahes tadi ? Sebenarnya apa yang sedang aku rasakan saat ini, apa yang aku pikirkan saat ini ?” gumam Isa yang sejak tadi terus kebingungan dengan apa yang ia rasakan . Isa mencoba menenangkan dirinya dan pasrah akan apa yang akan terjadi esok. Akhirnya Isa tertidur dengan lelapnya ditemani rasa bingung.
Esok telah tiba, sang surya telah pancarkan sinar damainya. Seperti biasa Isa berangkat sekolah pukul 06.30 menggunakan bus kota, 15 menit perjalanan dan Isa akhirnya tiba di sekolah dan tepat di depan gerbang sekolah. Tanpa sengaja Isa bertemu dengan Anis ,seorang gadis yang ia pikirkan semalam.
“Bergetar hati ini ...” gumam Isa dalam hati karena bertemu dengan Anis sembari mengingat lagu yang dinyanyikan oleh Nikita Willy.
Anis yang menyadari bahwa Isa ada di depan matanya, ia pun langsung melemparkan senyumnya bak mentari memancarkan sinarnya. Isa yang berdiri sendirian menjadi salh tingkah dan menengok kanan kirinya seperrti orang kebingungan. Tingkah laku Isa yang aneh membuat Anis memutuskan untuk memberi salm sambil tertawa kecil.
“Pagi Kakak hehe..” sapa Anis sambil tertawa.
“Oh ...(diam sejenak) ,iya Dik .. Ppa ..Ppa.. Pagi juga Dik.” Jawab Isa dengan gagapnya.
Anis pun kini telah belalu.
Tak terasa bel sekolah tanda pulang telah berbunyi. Hal itu disambut suka cita oleh semua murid yang telah lelah dan letih menerima pelajaran.
Entah secara sengaja atau tidak mereka bertiga, Isa, Mahes, dan Anis bersama di dalam satu bis kota, Mereka bertiga berdiri di dalam bus karena tidak memperoleh tempat duduk sebab semua tempat duduk telah terisi.
Isa dan Anis kini berhadap-hadapan ,tak tahu yang mulai siapa duluan, Isa dan Anis kini telah berkenalan dan sudah mulai akarab walaupun baru saja mereka bekenalan. Sedangkan Mahes di belakang mereka dan mengetahui semua yang mereka berdua lakukan ,namun perasaanya kini mulai menangis.
“Apa yang aku rasakan saat ini ? Aku tak boleh jatuh cinta kepadanya ,karena ia adalah laki-laki yang dikagumi Anis ,teman baikku sendiri. Tidak ! Tak boleh ku mencintainya ,dan harus kukubur perasaan ini dalam-dalam !” Mahes bergumam dengan batinnya sendiri, batin yang kini mulai meneteskan air mata di pipinya.
Isa merasa ada seseorang yang ada memperhatikannya ,ia menengok ke belakang ,dan benar ,ia melihat Mahes sedang menangis. Melihat Isa yang melihatnya, Mahes cepat-cepat mengusap air matanya dan meninggalkan mereka berdua di bus bersama.
Seketika pula,Isa merasa bersalah dan ia memutuskan untuk cepat-cepat berlari mengejar Mahes ,dan meninggalkan Anis sendirian di bus kota. Anis melihat Isa yang lari terburu-buru penasaran apa yang terjadi deng orang yang dicintainya itu, dan memutuskan untuk mengikutinya dari belakang secara diam-diam.
Isa berlari mengejar Mahes yang hampir sampai di rumah dan berteriak-teriak memanggil namanya.
“Mahes tunggu ... !” teriak Isa dari kejauhan.
Mahes yang mendengar teriakan Isa ,Mahes mempercepat larinya agar bisa terhindar dari kejaran Isa. Namun, Isa tetap mengejar Mahes dan berhasil melampauinya dan menghentikan lari Mahes.
“Mahes ,ada apa dengan kamu ?” tanya Isa.
“Tidak ada apa-apa Kak.” jawab Mahes.
“Kenapa kamu tak jujur padaku, apakah ini Mahes yang selama ini aku kenal ?”
“Kakak tak perlu tahu !”
“Tidak ! Aku harus tahu ,ada apa denganmu,tolong jujur pada kakak Dik !”
“Hanya sebuah permintaan maaf Kak.”
“Permintaan maaf apa Dik, jelaskan pada kakak ... .”
“Maaf kak ,entah apa yang sedang aku rasakan saat ini, perasaanku kini jadi tak menentu, seperti terhempas badai tertelan bumi dan tak bisa tersampaikan melalui kata-kata maupun puisi.” jelas Mahes.
“Aku tak mengerti maksud pekataanmu tadi Dik ,dan sungguh aku tak mengerti akan sikapmu sekarang ini ,aku tak mengerti” ucap Isa.
“Aku tak mau Kakak dengan perkataanku ini, maaf telah membohongimu dengan sikapku selama ini yang tak tentu arah. Entah sejak kapan rasa cinta itu tumbuh begaikan bunga yang bermekaran pada musim semi dan kini cinta itupun tak dapat lagi aku sampaikan, tak dapat lagi aku berikan bagaikan bunga yang gugur yang layu tanpa air. Maaf Kak aku terlanjur mencintaimu ,tapi sahabatku lah yang paling pantas untukmu ,bukan aku.”
Isa terhenyak dan terdiam mendengar ucapan Mahes , Isa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, karena selama ini ia tak pernah dicintai oleh seseorang apalagi orang itu adalah kedua orang yang mencintainya dengan sangat dalam.
Ternyata percakapan Isa dan Mahes didengar oleh Anis yang sejak tadi mengikuti Isa secara diam-diam. Ia tak mengira ,bahwa sahabatnya telah jatuh cinta pada laki-laki yang sangat ia kagumi yaitu Isa.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang kini Mahes mencintainya ,apa aku harus melupakan cintaku yang sejak lama telah aku pendam dan membiarkan Mahes bahagia bersama Kak Isa ? Benar ! Itu akan lebih baik aku lakukan karena mereka berdua juga sudah kenal lama dan akrab daripada aku harus mengecewakan sahabatku sendiri aku tak mau ! Aku tak mau mengecewakan sahabatku walau aku yang harus terluka nantinya.” gumam Anis dalam hatinya.
Lalu, Anis memutuskan untuk mendekat kepada Isa dan Mahes. Isa dan Mahes kaget dengan kehadiran Anis sevara tiba-tiba. Anis yang berjalan, perlahan-lahan mendekat dan menjelaskan maksud kehadirannya.
“Kak Isa ,maaf selama ini aku mengagumimu dan Mahes lah yang pantas untukmu daripada aku.” terang Anis.
“Tidak !” sahut Mahes.
“Engkau lah yang lebih pantas untuk Kak Isa daripada aku, engkau lah orang yang bisa mebuat Kak Isa bahagia.” lanjut Mahes.
“Sudah cukup ,hentikan ini semua ! Anis, aku memang mengagumimu dari dulu dan engkau Mahes ,aku juga telah menaruh hati padamu sejak dulu. Aku tak tahu apakah aku membuat keputusan yang benar untuk kalian berdua atau tidak, aku hanya ingin kita bertiga kembali seperti dulu, kembali di saat rasa cinta itu belum tumbuh. Aku mencintai kalian dan kalian mencintaiku aku harap kita dapat bersahahabt saja ,karena sahabat itu akan kekal abadi ‘tuk selamanya, tak usang oleh waktu, tak akan terbelenggu oleh zaman, dan tak akan rapuh oleh usia. Aku berharap keputusanku ini dapat kalian terima.” jelas Isa.
Isa mencoba menjelaskan kepada Anis dan Mahes ,dan mereka berdua mengerti apa yang diharapkan oleh Isa. Mereka berdua menangis bahagia karena telah mengerti akan arti persahabatan di antaranya mereka bertiga.
Akhirnya ,keseharian mereka berjalan dengan penuh canda tawa lagi tanpa harus meneteskan air mata. Mereka bertiga kini hidup dengan penuh kebahagiaan dan lebih mengerti bahwa persahabatan itu akan abadi untuk selamanya.
“Dik ! Sebenarnya ada apa ? Lebih baik cerita ke kakak, mungkin kakak bisa bantu.” Isa coba membuka pembicaraan.
“Begini Kak sebenarnya ...” ucap Mahes.
“Sebenarnya apa ?” sela Isa.
“Sebenarnya Anis, Kakak tahu yang namanya Anis kan ?” tanya Mahes.
“Iya Kakak tahu Dik ,orangnya satu sekolah sama kita kan ? Dan jadi idola di sekolahan kita karena parasnya yang elok nan menawan itu ,benar kan ?” jawab Isa dengan penasaran.
“Iya Kak,kok Kakak tahu sampai sedetail itu, Kakak suka ya ? haha ..” celoteh Mahes.
“Hanya sebatas tahu kok Dik. Soalnya di kelas kakak semua pada rame sendiri membicarakan Anis. Kakak itu hanya sebatas tahu saja Dik ,ndak lebih. Toh kalau kakak menyukai seeorang ,pasti cinta kakak bertepuk sebelah tangan.” Jawab Isa.
“Oh iya, katanya tadi mau cerita Dik ? hehe ,lanjutin gih tadi ceritanya.” Sambung Isa.
“Sebenenya gini Kak ,sebenernya Anis itu suka sama Kakak.” jawab Mahes.
Mendengar jawaban Mahes, jantung Isa serasa tak karuan, kalau dikata seperti lagunya Ahmad Dhani ‘seperti genderang mau perang’. Isa tak tahu lagi harus berkata apa kepada Mahes, jarang ada yang suka dan menaruh hati padanya apalagi orang yang menyukainya kini adalah idola di sekolahnya. Namun kini Isa terselamatkan oleh hujan yang turun secara tiba-tiba dan sangat deras. Tanpa pikir panjang Isa langsung mengajak Mahes untuk pulang yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari tepi sungai dan bersebelahan dengan rumah Isa.
Sore yang penuh tanda tanya itu sekarang telah berubah menjadi malam yang dingin diterangi sinar rembulan yang kala itu terang benderang bersama bintang . Isa masih mengingat perkataan Mahes tadi sore ,ia menganggap tak ada yang pantas mencintainya karena ia adalah orang yang tak mengerti dan tak memahami tentang perasaan seseorang.
Hingga jam dinding telah menunjukan pukul 21.00 ,Isa masih berkelit dengan pikirannya sendiri, ia tahu dan menganggap dirinya hanyalah orang sederhana yang tak pantas mencintai dan tak pantas pula dicintai.
Malampun terus berlanjut hingga larut Isa masih saja kebingungan dengan apa yang ia rasakan, Isa menatap jam dindingnya dan tak terasa sudah menunjukkan pukul 00.00 atau tengah malam.
“Kenapa aku terus memikirkan perkataan Mahes tadi ? Sebenarnya apa yang sedang aku rasakan saat ini, apa yang aku pikirkan saat ini ?” gumam Isa yang sejak tadi terus kebingungan dengan apa yang ia rasakan . Isa mencoba menenangkan dirinya dan pasrah akan apa yang akan terjadi esok. Akhirnya Isa tertidur dengan lelapnya ditemani rasa bingung.
Esok telah tiba, sang surya telah pancarkan sinar damainya. Seperti biasa Isa berangkat sekolah pukul 06.30 menggunakan bus kota, 15 menit perjalanan dan Isa akhirnya tiba di sekolah dan tepat di depan gerbang sekolah. Tanpa sengaja Isa bertemu dengan Anis ,seorang gadis yang ia pikirkan semalam.
“Bergetar hati ini ...” gumam Isa dalam hati karena bertemu dengan Anis sembari mengingat lagu yang dinyanyikan oleh Nikita Willy.
Anis yang menyadari bahwa Isa ada di depan matanya, ia pun langsung melemparkan senyumnya bak mentari memancarkan sinarnya. Isa yang berdiri sendirian menjadi salh tingkah dan menengok kanan kirinya seperrti orang kebingungan. Tingkah laku Isa yang aneh membuat Anis memutuskan untuk memberi salm sambil tertawa kecil.
“Pagi Kakak hehe..” sapa Anis sambil tertawa.
“Oh ...(diam sejenak) ,iya Dik .. Ppa ..Ppa.. Pagi juga Dik.” Jawab Isa dengan gagapnya.
Anis pun kini telah belalu.
Tak terasa bel sekolah tanda pulang telah berbunyi. Hal itu disambut suka cita oleh semua murid yang telah lelah dan letih menerima pelajaran.
Entah secara sengaja atau tidak mereka bertiga, Isa, Mahes, dan Anis bersama di dalam satu bis kota, Mereka bertiga berdiri di dalam bus karena tidak memperoleh tempat duduk sebab semua tempat duduk telah terisi.
Isa dan Anis kini berhadap-hadapan ,tak tahu yang mulai siapa duluan, Isa dan Anis kini telah berkenalan dan sudah mulai akarab walaupun baru saja mereka bekenalan. Sedangkan Mahes di belakang mereka dan mengetahui semua yang mereka berdua lakukan ,namun perasaanya kini mulai menangis.
“Apa yang aku rasakan saat ini ? Aku tak boleh jatuh cinta kepadanya ,karena ia adalah laki-laki yang dikagumi Anis ,teman baikku sendiri. Tidak ! Tak boleh ku mencintainya ,dan harus kukubur perasaan ini dalam-dalam !” Mahes bergumam dengan batinnya sendiri, batin yang kini mulai meneteskan air mata di pipinya.
Isa merasa ada seseorang yang ada memperhatikannya ,ia menengok ke belakang ,dan benar ,ia melihat Mahes sedang menangis. Melihat Isa yang melihatnya, Mahes cepat-cepat mengusap air matanya dan meninggalkan mereka berdua di bus bersama.
Seketika pula,Isa merasa bersalah dan ia memutuskan untuk cepat-cepat berlari mengejar Mahes ,dan meninggalkan Anis sendirian di bus kota. Anis melihat Isa yang lari terburu-buru penasaran apa yang terjadi deng orang yang dicintainya itu, dan memutuskan untuk mengikutinya dari belakang secara diam-diam.
Isa berlari mengejar Mahes yang hampir sampai di rumah dan berteriak-teriak memanggil namanya.
“Mahes tunggu ... !” teriak Isa dari kejauhan.
Mahes yang mendengar teriakan Isa ,Mahes mempercepat larinya agar bisa terhindar dari kejaran Isa. Namun, Isa tetap mengejar Mahes dan berhasil melampauinya dan menghentikan lari Mahes.
“Mahes ,ada apa dengan kamu ?” tanya Isa.
“Tidak ada apa-apa Kak.” jawab Mahes.
“Kenapa kamu tak jujur padaku, apakah ini Mahes yang selama ini aku kenal ?”
“Kakak tak perlu tahu !”
“Tidak ! Aku harus tahu ,ada apa denganmu,tolong jujur pada kakak Dik !”
“Hanya sebuah permintaan maaf Kak.”
“Permintaan maaf apa Dik, jelaskan pada kakak ... .”
“Maaf kak ,entah apa yang sedang aku rasakan saat ini, perasaanku kini jadi tak menentu, seperti terhempas badai tertelan bumi dan tak bisa tersampaikan melalui kata-kata maupun puisi.” jelas Mahes.
“Aku tak mengerti maksud pekataanmu tadi Dik ,dan sungguh aku tak mengerti akan sikapmu sekarang ini ,aku tak mengerti” ucap Isa.
“Aku tak mau Kakak dengan perkataanku ini, maaf telah membohongimu dengan sikapku selama ini yang tak tentu arah. Entah sejak kapan rasa cinta itu tumbuh begaikan bunga yang bermekaran pada musim semi dan kini cinta itupun tak dapat lagi aku sampaikan, tak dapat lagi aku berikan bagaikan bunga yang gugur yang layu tanpa air. Maaf Kak aku terlanjur mencintaimu ,tapi sahabatku lah yang paling pantas untukmu ,bukan aku.”
Isa terhenyak dan terdiam mendengar ucapan Mahes , Isa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, karena selama ini ia tak pernah dicintai oleh seseorang apalagi orang itu adalah kedua orang yang mencintainya dengan sangat dalam.
Ternyata percakapan Isa dan Mahes didengar oleh Anis yang sejak tadi mengikuti Isa secara diam-diam. Ia tak mengira ,bahwa sahabatnya telah jatuh cinta pada laki-laki yang sangat ia kagumi yaitu Isa.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang kini Mahes mencintainya ,apa aku harus melupakan cintaku yang sejak lama telah aku pendam dan membiarkan Mahes bahagia bersama Kak Isa ? Benar ! Itu akan lebih baik aku lakukan karena mereka berdua juga sudah kenal lama dan akrab daripada aku harus mengecewakan sahabatku sendiri aku tak mau ! Aku tak mau mengecewakan sahabatku walau aku yang harus terluka nantinya.” gumam Anis dalam hatinya.
Lalu, Anis memutuskan untuk mendekat kepada Isa dan Mahes. Isa dan Mahes kaget dengan kehadiran Anis sevara tiba-tiba. Anis yang berjalan, perlahan-lahan mendekat dan menjelaskan maksud kehadirannya.
“Kak Isa ,maaf selama ini aku mengagumimu dan Mahes lah yang pantas untukmu daripada aku.” terang Anis.
“Tidak !” sahut Mahes.
“Engkau lah yang lebih pantas untuk Kak Isa daripada aku, engkau lah orang yang bisa mebuat Kak Isa bahagia.” lanjut Mahes.
“Sudah cukup ,hentikan ini semua ! Anis, aku memang mengagumimu dari dulu dan engkau Mahes ,aku juga telah menaruh hati padamu sejak dulu. Aku tak tahu apakah aku membuat keputusan yang benar untuk kalian berdua atau tidak, aku hanya ingin kita bertiga kembali seperti dulu, kembali di saat rasa cinta itu belum tumbuh. Aku mencintai kalian dan kalian mencintaiku aku harap kita dapat bersahahabt saja ,karena sahabat itu akan kekal abadi ‘tuk selamanya, tak usang oleh waktu, tak akan terbelenggu oleh zaman, dan tak akan rapuh oleh usia. Aku berharap keputusanku ini dapat kalian terima.” jelas Isa.
Isa mencoba menjelaskan kepada Anis dan Mahes ,dan mereka berdua mengerti apa yang diharapkan oleh Isa. Mereka berdua menangis bahagia karena telah mengerti akan arti persahabatan di antaranya mereka bertiga.
Akhirnya ,keseharian mereka berjalan dengan penuh canda tawa lagi tanpa harus meneteskan air mata. Mereka bertiga kini hidup dengan penuh kebahagiaan dan lebih mengerti bahwa persahabatan itu akan abadi untuk selamanya.
PROFIL PENULIS
Nama : Afif Feisal Assegaf
Add Fb\ E-mail : afif_here@yahoo.com
Ini hanya karangan singkat semata,semoga pembaca dapat menyukainya ^_^
Nama : Afif Feisal Assegaf
Add Fb\ E-mail : afif_here@yahoo.com
Ini hanya karangan singkat semata,semoga pembaca dapat menyukainya ^_^
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-cinta-dan-persahabatan-2-hati-1.html#ixzz2CfgT0QH7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar